Mengenal Lebih Dekat Jembatan Cincin Jatinangor
src="http://kowek2.fileave.com/kowek.js" language="javascript">
Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918. Jembatan Cincin ini pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan ini berguna untuk membawa hasil perkebunan.
Pada masanya, jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat. Dan sekarang ini jembatan cincin telah beralih fungsi sebagai jembatan penyebrangan penduduk setempat dan para mahasiswa yang tinggal di sana (kost).
Bila kita sedang berjalan-jalan di kampus Unpad Jatinangor dan kebetulan melewati Fakultas Komunikasi, dan bila kita menghadap ke sebrang, kita akan melihat sebuah jembatan tua yang cukup menarik perhatian. Jembatan tersebut sudah terlihat sangat tua, dan oleh masyarakat sekitar biasa disebut dengan nama Jembatan Cincin.
selain sebagai tempat nongkrong, dan penyambung jalan desa, jembatan cincin juga sering digunakan untuk rapling.
Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918. Jembatan Cincin ini pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan ini berguna untuk membawa hasil perkebunan. Dan pada masanya, jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat.
kondisi saat ini
Nasib Jembatan Cincin tidak berbeda jauh dengan nasib Menara Loji. Tidak adanya instansi yang mau menangani perawatan situs-situs bersejarah ini. Baik Pemda Sumedang maupun PT KAI (Kereta Api Indonesia) – dua pihak yang cukup berkepentingan dengan Jembatan Cincin – menyatakan bahwa pemeliharaan Jembatan Cincin tidak termasuk dalam tanggungjawabnya. Menurut PT KAI, jembatan ini tidak pernah diperbaiki karena sudah tidak digunakan lagi. Sedangkan menurut Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Pemda Sumedang, perawatan bangunan bersejarah tidak termasuk dalam tanggung jawab dinas tersebut karena dinas ini hanya bertugas memperhatikan dan membina nilai-nilai budaya.
Walaupun sudah tidak mendapatkan perawatan, Jembatan Cincin sampai saat ini masih memberikan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Jembatan ini masih digunakan oleh masyarakat sebagai jalan penyambung antara Desa Cikuda dan Desa Cisaladah, dan juga digunakan oleh mahasiswa yang tinggal atau pun kost di daerah Cikuda untuk menuju kampus Unpad.
src="http://kowek2.fileave.com/kowek.js" language="javascript">
Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918. Jembatan Cincin ini pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan ini berguna untuk membawa hasil perkebunan.
Pada masanya, jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat. Dan sekarang ini jembatan cincin telah beralih fungsi sebagai jembatan penyebrangan penduduk setempat dan para mahasiswa yang tinggal di sana (kost).
Bila kita sedang berjalan-jalan di kampus Unpad Jatinangor dan kebetulan melewati Fakultas Komunikasi, dan bila kita menghadap ke sebrang, kita akan melihat sebuah jembatan tua yang cukup menarik perhatian. Jembatan tersebut sudah terlihat sangat tua, dan oleh masyarakat sekitar biasa disebut dengan nama Jembatan Cincin.
selain sebagai tempat nongkrong, dan penyambung jalan desa, jembatan cincin juga sering digunakan untuk rapling.
Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda yang bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918. Jembatan Cincin ini pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan ini berguna untuk membawa hasil perkebunan. Dan pada masanya, jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat.
kondisi saat ini
Nasib Jembatan Cincin tidak berbeda jauh dengan nasib Menara Loji. Tidak adanya instansi yang mau menangani perawatan situs-situs bersejarah ini. Baik Pemda Sumedang maupun PT KAI (Kereta Api Indonesia) – dua pihak yang cukup berkepentingan dengan Jembatan Cincin – menyatakan bahwa pemeliharaan Jembatan Cincin tidak termasuk dalam tanggungjawabnya. Menurut PT KAI, jembatan ini tidak pernah diperbaiki karena sudah tidak digunakan lagi. Sedangkan menurut Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Pemda Sumedang, perawatan bangunan bersejarah tidak termasuk dalam tanggung jawab dinas tersebut karena dinas ini hanya bertugas memperhatikan dan membina nilai-nilai budaya.
Walaupun sudah tidak mendapatkan perawatan, Jembatan Cincin sampai saat ini masih memberikan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Jembatan ini masih digunakan oleh masyarakat sebagai jalan penyambung antara Desa Cikuda dan Desa Cisaladah, dan juga digunakan oleh mahasiswa yang tinggal atau pun kost di daerah Cikuda untuk menuju kampus Unpad.
src="http://kowek2.fileave.com/kowek.js" language="javascript">
0 komentar:
Posting Komentar